tempat pertemuan kami sempit
bola lampu kecil cahaya sedikit
tapi makin terang bagi kami
tangerang – solo – jakarta kawan kami

kami satu : buruh
kami punya tenaga
tempat pertemuan kami sempit
di langit bintang kelap-kelip
tapi makin terang bagi kami

banyak pemogokan di sanasini
tempat pertemuan kami sempit
tapi pikiran ini makin luas
makin terang bagi kami

kegelapan disibak tukar-pikiran
kami satu : buruh
kami punya tenaga
tempat pertemuan kami sempit
tanpa buah cuma kacang dan air putih
tapi makin terang bagi kami

kesadaran kami tumbuh menyirami
kami satu : buruh
kami punya tenaga
jika kami satu hati
kami tahu mesin berhenti
sebab kami adalah nyawa
yang menggerakkannya

Bandung 21 mei 1992 (Puisi Wiji Thukul)